Sabtu, 09 Juni 2012

Kekuatan Makna Hamdallah (1)

Dalam bahasa Arab, kata yang mengandung arti pujian ada beberapa diantaranya adalah الحمد dan المَدْحُ serta الشُكْرُ. Namun ketiganya memiliki arti khusus masing-masing dan penggunaannyapun berbeda. Bahasa Indonesia tidak memiliki padanan kata seperti ini, semuanya diartikan sebagai “pujian” kecuali الشكر yang diartikan terima kasih atau syukur.
Karenanya terjemahan ayat “Alhamdulillah” dalam Al-Qur’an terjemahan Depag hanya diterjemahkan dengan “Segala puji bagi Allah”. Padahal ada makna yang lebih dalam dan khusus pada kata الحمد yang sebetulnya tidak bisa diterjemahkan dengan “pujian” saja, kurang pas dan kurang membekas pada jiwa.

Makna kata الحمد :
Yaitu pujian yang disertai dengan mahabah (kecintaan) dan pengagungan atas kebaikan dari suatu anugrah kenikmatan, kebaikan yang diberikan oleh seseorang.
الحمد adalah, antum memuji kebaikan seseorang baik pujian itu ditujukan untuk sifat-sifat baiknya seperti ilmunya yang mendalam, kesabarannya, kasih sayangnya pada sesama atau pujian atas pemberiannya kepada orang lain, seperti sedekah, pertolongan dll. Dan pujian الحمد hanya boleh disandangkan pada sesuatu yang hidup dan berakal. Walhasil pujian الحمد tidak boleh diberikan kepada patung, mayat ataupun hewan.
Makna kata المَدْحُ :
Yaitu pujian yang diberikan kepada seseorang baik orang itu telah melakukan kebaikan atau tidak.
Pujian المَدْحُ dapat diberikan pada benda mati atau makhluk hiudp yang berakal. Jadi dengan المَدْحُ kita bisa memuji mayit, pohon, atau hewan.
Makna kata الشكر:
Pujian الشكر hanya diberikan pada suatu anugrah atau kenikmatan yang diberikan oleh seseorang dan الشكر hanya diberikan atas perbuatan baik seseorang (perbuatannya) bukan atas sifat-sifat baiknya.
Seseorang memberi kita makanan, maka kita memberi الشكر padanya, pada perbuatannya. Dalam bahasa kita diartikan sebagai syukur atau terima kasih. Ucapan terima kasih diucapkan atas perbuatan baik seseorang bukan pada sifat seseorang.
Jadi jika kita berterima kasih pada perbuatan baik seseorang kita ucapkan pujian الشكر padanya dan kita ucapkan pujian الحمد pada sifat-sifatnya yang mulia.
Kata الحمد dan الشكر maknanya sangat berdekatan tetapi الحمد lebih unggul karena pujiannya ditujukan pada perbuatan dan sifat seseorang sedangkan الشكر hanya pada perbuatannya saja.
Perbedaan antara المَدْحُ , الشكر dan الحمد :
الحمد الشكر المَدْحُ
Hanya diberikan kepada perbuatan baik seseorang atau pada sifat-sifat mulia Diberikan pada perbuatan baik seseorang Boleh diberikan kepada seseorang yang telah berbuat baik atau tidak atau seseorang yang jelek akhlaknya
Hanya diberikan kepada yang hidup dan berakal Hanya diberikan kepada yang hidup dan berakal Umum, boleh diberikan kepada sesuatu yang mati dan tidak berakal
Pengucapan pujiannya mengandung mahabah Pengucapan pujiannya mengandung mahabah Tidak mengandung mahabah
Dari perbedaan ini jelaslah jika kata الحمد lebih unggul dan lebih mulia maknanya, karena itu Rasulullah saw mencela orang yang memuji dengan المَدْحُ dalam sabdanya:
احثوا التراب في وجه المداحين
“Lemparkanlah tanah pada wajah المداحين (isim fa’il jama’ mudzkar artinya para pemuji yang memuji dengan المدح )”.
المداحين dalam bahasa Indonesia bisa diartikan penjilat sebab mereka memuji seseorang tanpa memandang entah orang itu telah berbuat kebaikan atau tidak, entah memang pantas dipuji karena memiliki sifat-sifat yang mulia atau tidak dan mereka memujinya tanpa ada rasa mahabah.
Sebaliknya orang yang memuji dengan الحمد malahan terpuji, beliau bersabda;
من لم يحمد الناس لم يحمد الله
“Barangsiapa yang tidak memuji manusia dengan pujian الحمد maka Allah juga tidak akan memujinya dengan pujian الحمد”.
Nah sekarang kita mengetahui bahwa kalimat الحمد لله pada surat Al-Fatihah dan terdapat pada surat-surat lainnya mengandung makna:
Pujian bagi Allah dengan pujian yang menyatakan bahwa Allah itu hidup kekal abadi dan bagi-Nya sifat-sifat yang mulia serta perbuatan-Nya juga mulia. Maka kita memuji-Nya dengan pujian الحمد pada sifat-sifat-Nya, perbuatan-Nya dan nikmat-nikmatnya.
Lalu bagaimana jika ayatnya bukan الحمد لله tetapi المدح لله ? Maka, ini pernyataan bahwa Allah memiliki sifat-sifat dan perbuatan yang tidak baik, Maha Suci Allah dari semua ini. Karena itu المَدْحُ tidak boleh diberikan kepada Allah Jalajalallah.
Akhir kata jelaslah bagi kita pentingnya memahami ma’ani Al-Qur’an. Seluruh kata dan susunan kalimatnya bukan sembarangan. Bila kita buta bahasa Arab maka tentulah bisa dipastikan kita hanya akan meperoleh terjemahan yang apa adanya yang kurang mewakili makna sesungguhnya yang diinginkan dan kurang meresap dalam qolbu.
Walhamdulillah…






hIdup ne tak aKan pErnah mErAsa pUAs deNgan k3s3nAn9an/keNiQmtAn yG Qita teRima, keCuaLi QiTa b'sYkur tAs nIQmat'Y,,,!!!!!

uCaplah    :          اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ..! !!!!
 

2 komentar:

  1. Mohon cantumkan referensinya bung.
    Di buku/kitab apa, karangan siapa, dan halaman berapanya??
    Salam perduluran
    Nuhun

    BalasHapus
  2. salam...
    maaf beribu maaf, untuk artikel yang satu ini mungkin awal dari penulisan saya.
    namun apapun itu, kesalahan saya dalam penulisan adalah lupa untuk mencantumkan sumbernya, hingga kini saya mencari sumbernya akan tetapi belum ketemu juga.

    untuk yang mempunyai artikel atau pun buku-buku dalam penulisan artikel yang satu ini (Kekuatan makna hamdalah (1))yang saya kutip sebagian atau semua, saya mohon maaf karena kelalaian saya dalam mencantumkan sumbernya.

    sekali lagi untuk para pembaca dan yang mempunyai sumber saya mohon maaf sebesar-besarnya.

    bung iqbal. jd dalam artikel ini ane minta maaf ya, karna belum bisa memuaskan anda dalam membaca artikel ini...
    salam seduluran bung...

    BalasHapus