BAB II
RUANG LINGKUP DAN PENDEKATAN
PENDIDIKAN LINGKUNGAN
A. Pengertian Pendidikan Lingkungan dan Kependudukan
Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar diberbagai
lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi
perkembangan individu.
Pendidikan dalam arti sempit dalam prakteknya identik dengan
penyekolahan (schooling), yaitu pengajaran formal dibawah
kondisi-kondisi yang terkontrol, jadi pendidikan hanya berlangsung bagi
mereka yang menjadi siswa pada suatu sekolah atau mahasiswa pada suatu
perguruan tinggi.
Menururut UU SPN No. 20 Tahun 2003 “Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masayarakat, bangsa dan negara”.
Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan segala makhluk hidup, makhlik
tak hidup, dan daya serta manusia dengan segala perilakunya, yang saling
berhubungan secara timbal balik, jika ada perubahan salah satu komponen
akan mempengaruhi komponen lainnya.
Yang dimaksud dengan Kependudukan adalah sejumlah orang yang tinggal
disuatu wilayah atau daerah dengan segala kebudayaan, tata kehidupan dan
adanya peraturan pemerintahan yang mengaturnya. Untuk mengendalikan
lingkungan agar tetap terjaga sebagai mana mestinya maka diperlukan
pendidikan kepada setiap individu selanjutnya setiap penduduk agar bisa
menjaga ekosistem dan kesetabilan lingkungannya.
B. Pendekatan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)
PLH adalah program pendidikan untuk membina anak didik agar memiliki
pengertian, kesadaran, sikap, dan perilaku yang rasional serta
bertanggung jawab terhadap alam dan terlaksananya pembangunan yang
berkelanjutan.(Mustofa). Tujuan PLH adalah agar siswa memiliki
pengetahuan, sikap dan perilaku rasional dan bertanggung jawab terhadap
masalah kependudukan dan lingkungan hidup. PLH bukan mata pelajaran yang
berdiri sendiri melainkan mata pelajaran yang di integrasikan
keberbagai mata pelajaran dalam kurikulum terutama kurikulum SD yang
berlaku. Pendidikan Lingkungan Hidup pada jalur pendidikan formal dapat
ditempuh melalui dua pendekatan yaitu pendekatan monolitik dan
integrative.
1. Pendekatan Monolitik
Pendekatan monolitik adalah pendekatan yang didasarkan pada suatu
pemikiran bahwa setiap mata pelajaran merupakan komponen yang berdiri
sendiri dalam kurikulum dan mempunyai tujuan tertentu dalam kesatuan
yang utuh. System pendekatan ini dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu:
1) Membangun satu disiplin ilmu baru yang diberi nama PLH. Nantinya
dijadikan mata pelajaran yang terpisah dari ilmu-ilmu lain.
2) Membangun paket PLH yang merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri.
Kelebihan pendekatan monolitik
1) Mata pelajaran yang berdiri sendiri.
2) Persiapan mengajar lebih mudah dan bahan-bahannya dapat diketahui dari silabus.
3) Pengetahuan yang diperoleh siswa akan lebih sintesis.
4) Waktu yang disediakan dapat secara khusus, pencapaian tujuan bisa lebih aktif.
5) Evaluasi belajar bisa lebih jelas dan mudah.
Kelemahan Pendekatan Monolitik
1) Perlu dibuat silabus sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri sejajar dengan mata pelajaran lain.
2) Perlu menambah tenaga pengajar yang mempunyai spesialisasi dalam Pendidikan Lingkungan Hidup.
3) Kemungkinan menambah beban belajar siswa dari mata pelajaran yang ada sekarang dalam kurikulum.
2. Pendekatan Terpadu (Integratif)
Pendekatan terpadu adalah pendekatan yang didasarkan pemaduan mata
pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dengan mata pelajaran lain.
Pendekatan ini dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu:
a. Membangun suatu unit atau seri pokok bahasan yang disiapkan untuk dipadukan kedalam mata pelajaran tertentu.
b. Membangun suatu program inti yang bertitik tolak dari suatu mata pelajaran tertentu.
Kelebihan Pendekatan Terpadu
1) Tidak perlu menambah tenaga kerja pengajar khusus dibidang PLH.
2) Makin banyak guru mata pelajaran lain yang terlibat sehingga siswa memperoleh bahan yang lebih banyak.
Kelemahan pendekatan terpadu
1) Perlu adanya penataran guru untuk pelajaran PLH yang dipadukan.
2) Perlu mengubah silabus dan jam pelajaran yang telah ada.
3) Timbul kesulitan proses untuk memadukan PLH dengan pelajaran lain.
4) Kemungkinan tenggelamnya program PLH ke dalam mata pelajaran lain dan sebaliknya.
5) Keterbatasan waktu yang tersedia dapat menghambat tercapainya tujuan dengan baik.
6) Evaluasi perlu cara khusus karena adanya dua tujuan dalam satu kegiatan pembelajaran.
Pertimbangan pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menetapkan pelaksanaan PLH dalam program sekolah melalui
pendekatan terpadu. Agar ini berhasil maka perlu memperhatikan
factor-faktor sebagai berikut:
a. Perpaduan harus dilakukan secara tepat agar pengetahuan mata
pelajaran yang dijadikan perpaduan tidak mengalami perubahan susunan.
b. Susunan pengetahuan yang jadi perpaduan berdasarkan kurikulum yang ada pada system persekolahan yang sedang berlaku.
c. Mata pelajaran induk yang dipilih sebagai wadah perpaduan memiliki daya serap yang cukup.
Adapun mata pelajaran yang utama sebagai wadah perpaduan adalah
Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PENJAS dan Pendidikan
Kewarga Negaraan.
C. Ruang Lingkup Keadaan Sekitar Lingkungan Kependudukan
Dalam lingkungan tidak lepas dari dua komponen biotik dan abiotik.
Biotik didalamnya terdapat mahluk hidup termasuk manusia, abiotik yaitu
benda mati batu, tanah, matahari, anggin, air dan sebagainya. Tetapi
yang paling besar peranannya adalah manusia.
Manusia pada dasarnya sebagai mahluk individu yang hidupnya pengen
sendiri serakah, tetapi manusia juga tidak lepas dari orang lain dan
lingkungan sekitar karena itu manusia disebut juga mahkluk sosial.
Manusia tidak bisa hidup sendiri ia membutuhkan interaksi dengan
sesamanya dilingkungan hidup ini. Karena secara naluriah manusia selalu
ingin berkumpul dengan orang lain sebab memiliki akal yang sempurna.
Segala hal yang melibatkan dua orang atau lebih, melibatkan orang lain berarti sosial.
a. Individu dan Masyarakat
Manusia adalah salah satu makhluk yang ada di dunia, tetapi manusia
lebih sempurna dengan makhlik lainnya yang ada di dunia. Karena adanya
akal dan perbuatannya pun diatur oleh akal hanya sebagian kecil diatur
oleh naluri. Dengan akalnya itu manusia mempunyai pengetahuan dan terus
mengembangkan sehingga tercipta sesuatu hal yang baru dan lebih
bermanfaat. Namun potensial itu hanya mungkin menjadi kenyataan apabila
individu yang berpotensial bersangkutan saling berinteraksi dan hidup
dalam suatu masyarakat saling timbal balik dan saling melengkapi.
b. Kelompok Sosial
Kecenderungan manusia untuk berkumpul/berkelompok timbul dari kesadaran
manusia akan keinginan hidup saling memerlukan. Pergaulan antar sesama
manusia adalah kebutuhan dan dari pengalamannya itu manusia harus
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan itu semua tidak bisa dilakukan
sendiri yakni harus ada timbale balik dari sesamanya dilingkungan sosial
tersebut, maka itu terjadilah interaksi sosial.
c. Hubungan Makhluk dengan Lingkungan
Lingkungan terdiri komponen biotik dan abiotik. Biotik terdiri dari
manusia, hewan dan tumbuhan. Abiotik terdiri dari benda-benda tak
bernyawa yang ada disekitar kita.
Antara makhluk yang satu dengan yang lainnya saling ketergantungan dan
saling melengkapi, seperti manusia membutuhkan hewan dan tumbuhan untuk
keperluan pangan, butuh air untuk minum dan lainnya. Hewan dan tumbuhan
membutuhkan air untuk bertahan hidup, butuh matahari dan sebagainya.
d. Penduduk dan Sumber Daya Alam (SDA)
Manusia hidup bersama unsur lingkungan yang lainnya yakni SDA. SDA
adalah segala sesuatu yang ada di alam berupa biotik atau abiotik yang
dapat dimanfaatkan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Jumlah penduduk makin meningkat berarti kebutuhannya juga meningkat.
Dengan berbagai cara manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk memenuhi kebutuhan tetapi hasil dari pengetahuan dan
IPTEK ada yang menguntungkan ada juga yang tidak. Sebab SDA menurut
jenisnya ada dua yaitu biotik dan abiotik, menurut sifatnya SDA yang
dapat diperbaharui dan SDA yang tidak dapat diperbaharui, oleh sebab itu
kita harus waspada atas kelestarian SDA.
Agar SDA tetap lestari keberadaannya dibutuhkan pemeliharaan lingkungan
dan tidak mudah tentunya, maka harus ada kesadaran seluruh warga dalam
melestarikan lingkungan dan disini diperlukan pendidikan agar tiap
individu bisa melakukannya.
D. Permasalahan Lingkungan dan Kependudukan
Masalah lingkungan hidup adalah suatu persoalan yang dihadapi semua
bangsa di dunia baik bangsa yang maju dan berkembang. Menurut Emil Salim
(1986), sudah sejak lama masyarakat Indonesia hidup akrab dengan
lingkungan alam juga memiliki semangat kekeluargaan yang besar dalam
lingkungan sosial, dengan kata lain masyarakat Indonesia telah
menerapkan pola hidup yang serasi dengan lingkungan hidup.
Jumlah penduduk mempengaruhi keseimbangan lingkungan, penyediaan sumber
kekayaan lingkungan juga jadi tujuan sebagai bahan pemenuhan kebutuhan
hidup. Penggunaan teknologi dan ilmu pengetahuan yang tidak tepat dapat
mengganggu keseimbangan lingkungan, peningkatan jumlah penduduk dan
perkembangan IPTEK akan diikuti oleh pemakaian lahan. Tahun 1972
diadakan konferensi PBB di Stockholm, dan membahas tentang lingkungan
hidup. Oleh karena tanggal 5 juni 1972 merupakan hari pembukaan
konferensi maka tanggal 5 juni disepakati sebagai hari lingkungan hidup
sedunia.
Lingkungan Hidup dan Sistem Lingkungan
1. Lingkungan hidup
Ilmu yang mendasari tentang lingkungan adalah Ekologi. Ilmu lingkungan
mempelajari makhluk hidup berdasarkan unit populasinya. Akibat naiknya
kepadatan populasi akan timbul persaingan dalam memenuhi kebutuhan
masing-masing. Akan timbul akibat persaingan tersebuit yaitu jika:
1) Efek ekologi bila berlangsung pada waktu singkat.
2) Efek evolusi bila berlangsung pada waktu relatife lama.
Ada 2 faktor lingkungan yang dapat menurunkan daya baik populasi yaitu:
1) Bergantung kepadatan populasi itu sendiri, seperti ruang untuk hidup.
2) Factor yang tidak bergantung pada kepadatan populasi, seperti suatu lingkungan tertentu.
Menurut Soemarwoto (1985) ada beberapa factor yang menentukan lingkungan hidup yaitu:
1) Jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan hidup.
2) Hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan.
3) Kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup.
4) Non-material, suhu, cahaya, kebisingan.
2. Teknologi dan lingkungan
Ilmu dan teknologi memberi peluang kepada manusia untuk merubah
lingkungan. Perubahan yang terjadi bisa secara cepat atau lambat.
Manusia menggunakan teknologi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Akan tetapi perlu diingat bahwa pada hakikatnya teknologi
selain dapat membawa kesejahteraan dapat pula membawa bencana.
Pemakaian ilmu dan teknologi dalam meningkatkan kualitas hidup manusia
memberikan efek samping tersendiri. Adanya pabrik dan berbagai industri
akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan.
WHO telah menetapkan ada 4 tingkat pencemaran, yaitu:
1) Pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian kepada manusia jika
dilihat dari zat pencemaran dan waktu kontaknya dengan lingkungan.
2) Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi ringan pada panca indra.
3) Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada paal tubuh dan menyebabkan sakit kronis.
4) Pencemaran yang sudah besar sehingga menimbulkan gangguan dan menyebabkan sakit parah bahkan kematian.
Manfaat teknologi
Teknologi sangat bermanfaat bagi manusia diantaranya adalah:
• Teknologi informasi dan komunikasi misalnya; dapat menyaksikan dan
mendengarkan peristiwa yang terjadi di negara lain yang jaraknya sangat
jauh, adanya TV, komputer, radio, telepon genggam, satelit dan
sejenisnya.
• Teknologi transfortasi misalnya; adanya kendaraan bermotor mobil,
kereta, kapal laut, pesawat terbang dapat mempermudah berpindah dari
satu tempat ketempat lain yang jauh dalam waktu yang singkat.
• Bidang kedokteran misalnya; telah menggunakan sinar radio aktif untuk
diagnosis dan pengobatan, pada pengobatan kangker misalnya.
• Bidang pertanian misalnya; petani dapat mengusahakan tanamannya
sepanjang tahun karena tidak lagi mengandalkan sipat-sipat alam seperti
curah hujan, unsur hara, sinar matahari dan sebagainya. Pengairan dengan
mesin pompa, irigasi, pupuk buatan, insektisida, herbisida dan lainnya.
• Bidang keamanan misalnya; pesawat zet tempur, senjata api, bom dan lainnya sering dipakain dalam perang.
Akibat buruk teknologi
Teknologi juga ada dampak buruknya yakni; adanya pencemaran udara akibat
kendaraan bermotor dan pabrik, pencemaran lingkungan, limbah pabrik
yang tidak termanfaatkan. Penggunaan gas-gas beracun dan sebagainya ini
menyebabkan lapisan ozon menipis akibatnya suhu meningkat, panas, banyak
penyakit terutama kangker kulit.
Akibat intensifikasi pertanian banyak burung yang musnah, penggunaan
insektisida, herbisida, pupuk buatan dan zat sejenisnya dapat
mengakibatkan kesuburan tanah hilang dalam waktu relati lama dan
akhirnya ketergantungan zat-zat kimia tersebut dan membahayakan kita.
Insektisida DDT, adalah hidrat orang yang diklorinasi dan tidak larut di
air, bila terkonsumsi akan terjadi penurunan populasi hewan khususnya.
Gampangnya mendapat informasi, memudahkan orang yang menyalah gunakan
teknologi misalnya; Telepon untuk maksiat, TV, memudahkan orang berbuat
jahat dan sebagainya itu semua penyalah gunaan teknologi yang harus kita
waspadai.
E. Fungsi Pendidikan Lingkungan Hidup terhadap Kependudukan
Proses belajar mengajar sebaiknya dilakukan dengan pendekatan lingkungan
alam sekitar (PLAS). Dasar filosofis mengajar dengan
mengimpelementasikan pendekatan lingkungan alam sekitar adalah dari
Rousseau dan Pestalozzi. Jean Jacques Rousseau (1712-1788), mengatakan
bahwa kesehatan dan aktifitas fisik adalah faktor utama dalam pendidikan
anak-anak. Rousseau percaya bahwa “anak harus belajar langsung dari
pengalaman sendiri, dari pada harus mendengarkan dari penjelasan buku”.
Disini lingkungan sangat berperan penting dalam proses pembelajaran.
Johann Heinrich Pestalozzi (1716-1827), seorang pendidik berkebangsaan
Swiss, dengan konsef “Home School”nya, menjadikan lingkungan alam
sekitar sebagai objek nyata untuk memberikan pengalaman pertama bagi
anak-anak. Pestalozzi juga mengajarkan ilmu bumi dan alam sekitar kepada
anak didiknya dengan fasilitas yang ada dilingkungan sekitarnya dan
menanamkan rasa tanggung jawab pada diri anak akan dirinya sendiri juga
lingkungan agar tetap seimbang. Tanpa adanya campur tangan manusia,
lingkungan hidup belum tentu dapat terawat. Makanya dari pada itu,
kependudukan mesti berperan aktif dalam upaya menyalamatkan lingkungan.
Di antaranya adalah:
1. Peran sebagai pengelola, bukan penghancur lingkungan.
Saat ini, banyak sekali penduduk yang perannya tidak sesuai dengan
kenyataan. Yang mestinya menjadi pengelola, malah yang menjadi
pengrusaknya. Pohon ditebang, lahan dieksporitasi dan udara dibuat
mengandung penyakit.
2. Peran sebagai penjaga, bukan perusak lingkungan.
Kalau dalam diri penduduk sudah sadar akan pentingnya lingkungan hidup
untuk kehidupannya. Maka, mereka akan menjadi penjaga, bukan menjadi
perusak demi kepentingan pribadinya. Sebab itulah pendidikan lingkungan
di butuhkan dan harus diberikan kepada anak sejak dini agar mereka
mengerti dan kelak tidak merusak lingkungan.
Pendidikan lingkungan sangat berpengaruh tehadap kependudukan, diantaranya:
1. Aspek Kognitif
Pendidikan lingkungan mempunyai fungsi terhadap kognitif yakni untuk
meningkatkan pemahaman terhadap permasalahan lingkungan kependudukan,
selain itu meningkatkan daya ingat, penerapan, analisis, sintesis dan
evaluasi terhadap kondisi yang terjadi dalam lingkungan sekitarnya.
2. Aspek Afektif
Sementara itu, Pendidikan lingkungan berfungsi juga dalam aspek afektif,
yakni dapat meningkatkan penerimaan, penilaian, pengorganisasian dan
karakteristik kepribadian dalam menata kehidupan dalam keselarasan
dengan alam. Sehingga, adanya penataan teradap kependudukan dilingkungan
hidupnya.
3. Aspek Psikomotor
Dalam aspek psikomotor, fungsi Pendidikan Lingkungan cukup berperan
dalam peniruan, manipulasi, ketetapan, artikulasi, dan pengalamiahan
dalam tentang lingkungan yang ada disekitar kita, dalam upaya ningkatkan
hajanah kebudayaan misalnya.
4. Asepek Minat
Dalam aspek terakhir ini juga, fungsi dari pendidikan lingkungan
terhadap kependudukan, yang dalam hal ini adalah penduduknya meningkat
dalam minat yang tumbuh dalam dirinya. Minat tersebut, digunakan untuk
meningkatkan usaha dalam menumbuhkan kesuksesan kependudukan yang ada.
Sjarkowi (2005), mengatakan bahwa membangun kadar pemahaman yang
seimbang tentang peran aktif manusia pembangunan di tengah lingkungan
hidupnya, maka di seluruh penjuru nusantara perlu diselenggarakan
program penghijauan kurikula (Greening The Curicules) seperti digagas
Collet, J & S dan Karakhaslan (1996). Dengan pola dan bobot
pendidikan yang berwawasan lingkungan itu maka kadar kesepahaman antar
sesama manusia pembangunan dan bobot kerjasama pro-aktif dan reaktif
mereka terhadap bencana dan kerugian lingkungan pun akan dapat
ditumbuhkan dengan cepat secara internal daerah atau bahkan kebangsaan
maupun internasional.
Bencana lingkungan hidup seperti kebakaran, banjir, longsor dan lainya
dapat merusak sumber daya alam. Sekali dimensi kelestarian sumber daya
itu mengalami kerusakan tentunya akan sulit dipulihkan. Maka dapat
dimengerti betapa pentingnya merealisasikan program pendidikan
lingkungan, agar lingkungan terjaga keseimbangannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya kehidupan ini selaras seimbang antara segala sesuatu yang
ada didalamnya, yaitu makhluk hidup ada manusia, hewan dan tumbuhan, dan
semua benda mati yang dapat dimanfaatkan dan mempunyai peran dalam
kehidupan ini. Yang membuat lingkungan rusak dan tidak tertata lagi
selain sang pencipta adalah masalah siapa yang menduduki dan menjadi
pemimpin di atasn kehidupan lingkungan ini tiada lain yakni manusia.
Kalau lingkungan mau setabil berarti manusia harus bisa menata kembali
tatanannya dengan cara mendidik individu-individu manusianya agar dapat
mengelola lingkungannya.
Lingkungan dan Kependudukan bisa selaras apabila satu sama lain bisa
seimbang. Dalam penerapan yang ada, pelaku utamanya adalah manusia
selaku penduduk, yang di fokuskan kepada pengelolaan lingkungan melalui
pedekatan pendidikan lingkungan muali dari tingkat SD hingga perguruan
tinggi dan kepada masyarakat. Lingkungan akan menajdi bumerang bila,
kita tidak bisa mengelolanya dengan baik. Apalagi kalau sudah terjadi
bencana alam maka lingkungan akan mengancam keselamatan kita.
DAFTAR FUSTAKA
Syaripudin, Tatang. 2006. Landasan Pendidikan. Bandung : Sub Kordinator MKDP Landasan Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI
Pratomo, Suko. 2008. Pendidikan lingkungan (EnvironmentEducation). Bndung : Sonagar Press
Syamsudin, Helius dkk. 1992. Pendidikan IPS 1. Jakarta : DEPDIKNAS DIKTI PROYEK PEMBINAAN TENAGA KEPENDIDIKAN 1992/1993
R.E. Kaligis, Jenny. 1991. Pendidikan IPA. Jakarta : DEPDIKNAS DIKTI PROYEK PEMBINAAN KEPENDIDIKAN 1991/1992
Modified by ychi@2005::designed by pixelthemes.com
Dirdjosoemarto, Soendjojo dkk. 1991. Pendidikan IPA 2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Darmodjo, Hendro. 1992. Pendidikan IPA 1. Jakarta : DEPDIKNAS DIKTI PROYEK PEMBINAAN TENAGA KEPENDIDIKAN 1992/1993
Barlia, Lily. 2006. Mengajar dengan Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar. DEPDIKNAS DIKTI DIREKTORAT KETENAGAAN 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar