Samahatusy Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin rahimahullah ditanya, ”Bagaimana hukum membaca do’a istiftah”?
Jawab:
Do’a istiftah hukumnya sunnah, bukan wajib baik dalam sholat wajib
maupun sholat sunnah. Sebaiknya dalam membaca do’a istiftah dibaca
secara bergantian diantara do’a-do’a istiftah yang diajarkan Nabi
shalallahu ‘alaihi wa sallam agar ia mendapatkan sunnah membaca semua
do’a istiftah. Tetapi jika ia hanya hafal satu jenis do’a istiftah dan
melazimi bacaannya, maka tidak mengapa. Karena secara dhohir Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan bermacam-macam do’a istiftah
dan tasyahud adalah untuk memudahkan manusia. Begitu juga dalam dzikir
setelah sholat, beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam membaca bermacam
bentuk dzikir untuk mendapatkan dua faidah:
Pertama:
Agar manusia tidak terus menerus mengucapkan satu macam dzikir, karena
bila terbiasa dengan satu jenis dzikir ucapan dzikir akan menjadi
otomatis keluarnya sehingga meskipun ia tidak berkosentrasi lisannya
dapat mengucapkan walau tanpa berfikir dikarenakan kebiasaannya tadi.
Bila manusia membaca dzikir-dzikir yang ada secara bergantian maka hal
itu lebih dapat mengkosentrasikan hati dan ia lebih memahami apa yang ia
ucapkan.
Kedua: Mempermudah manusia, sehingga mereka dapat memilih do’a mana yang sesuai dengannya.
Karena
dua faidah inilah sebagian ibadah tidak hanya satu bentuk saja, seperti
do’a istiftah, tasyahud, dan dzikir-dzikir setelah sholat.
**
Membaca Do’a Istiftah
Do’a
istiftah yang dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bermacam-macam. Dalam do’a istiftah tersebut beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam mengucapkan pujian, sanjungan dan kalimat keagungan untuk
Allah.
Beliau pernah memerintahkan hal ini kepada orang yang salah melakukan sholatnya dengan sabdanya:
“Tidak
sempurna sholat seseorang sebelum ia bertakbir, mengucapkan pujian,
mengucapkan kalimat keagungan (do’a istiftah), dan membaca ayat-ayat al
Qur-an yang dihafalnya” (HR. Abu Dawud dan Hakim, disahkan oleh Hakim,
disetujui oleh Dzahabi).
Adapun bacaan do’a istiftah yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diantaranya adalah:
“ALLAHUUMMA
BA’ID BAINII WA BAINA KHATHAAYAAYA KAMAA BAA’ADTA BAINAL MASYRIQI WAL
MAGHRIBI, ALLAAHUMMA NAQQINII MIN KHATHAAYAAYA KAMAA YUNAQQATS TSAUBUL
ABYADHU MINAD DANAS. ALLAAHUMMAGHSILNII BIL MAA’I WATS TSALJI WAL
BARADI”
artinya:
“Ya,
Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana
Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya, Allah, bersihkanlah aku
dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari
kotoran. Ya, Allah cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air,
salju dan embun.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Abi Syaibah).
Atau kadang-kadang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga membaca dalam sholat fardhu:
“WAJJAHTU
WAJHIYA LILLADZII FATARAS SAMAAWAATI WAL ARDHA HANIIFAN [MUSLIMAN] WA
MAA ANA MINAL MUSYRIKIIN. INNA SHOLATII WANUSUKII WAMAHYAAYA WAMAMAATII
LILLAHI RABBIL ‘ALAMIIN. LAA SYARIIKALAHU WABIDZALIKA UMIRTU WA ANA
AWWALUL MUSLIMIIN. ALLAHUMMA ANTAL MALIKU, LAA ILAAHA ILLA ANTA
[SUBHAANAKA WA BIHAMDIKA] ANTA RABBII WA ANA ‘ABDUKA, DHALAMTU NAFSII,
WA’TARAFTU BIDZAMBI, FAGHFIRLII DZAMBI JAMII’AN, INNAHU LAA YAGHFIRUDZ
DZUNUUBA ILLA ANTA. WAHDINII LI AHSANIL AKHLAAQI LAA YAHDII LI AHSANIHAA
ILLA ANTA, WASHRIF ‘ANNII SAYYI-AHAA LAA YASHRIFU ‘ANNII SAYYI-AHAA
ILLA ANTA LABBAIKA WA SA’DAIKA, WAL KHAIRU KULLUHU FII YADAIKA. WASY
SYARRULAISA ILAIKA. [WAL MAHDIYYU MAN HADAITA]. ANA BIKA WA ILAIKA [LAA
MANJAA WALAA MALJA-A MINKA ILLA ILAIKA. TABAARAKTA WA TA'AALAITA
ASTAGHFIRUKA WAATUUBU ILAIKA"
artinya:
"Aku
hadapkan wajahku kepada Pencipta seluruh langit dan bumi dengan penuh
kepasrahan dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Sholatku,
ibadahku, hidupku dan matiku semata-mata untuk Allah, Rabb semesta alam,
tiada sesuatu pun yang menyekutui-Nya. Demikianlah aku diperintah dan
aku termasuk orang yang pertama-tama menjadi muslim. Ya Allah,
Engkau-lah Penguasa, tiada Ilah selain Engkau semata-mata. [Engkau
Mahasuci dan Mahaterpuji], Engkaulah Rabb-ku dan aku hamba-Mu, aku telah
menganiaya diriku dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah semua
dosaku. Sesungguhnya hanya Engkau-lah yang berhak mengampuni semua dosa.
Berilah aku petunjuk kepada akhlaq yang paling baik, karena hanya
Engkau-lah yang dapat memberi petunjuk kepada akhlaq yang terbaik dan
jauhkanlah diriku dari akhlaq buruk. Aku jawab seruan-Mu, sedang segala
keburukan tidak datang dari-Mu. [Orang yang terpimpin adalah orang yang
Engkau beri petunjuk]. Aku berada dalam kekuasaan-Mu dan akan kembali
kepada-Mu, [tiada tempat memohon keselamatan dan perlindungan dari
siksa-Mu kecuali hanya Engkau semata]. Engkau Mahamulia dan Mahatinggi,
aku mohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.” (Hadits diriwayatkan
oleh Imam Al Bukhari, Muslim dan Ibnu Abi Syaibah).
Sumber : ibnusarijan.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar